Kamis, 10 Juli 2008

Konsultasi Pendidikan : Bahayanya Keluarga yang Selalu Bersama?

Suatu saat selepas sebuah seminar yang baru saja selesai saya bawakan seorang ayah datang dan menceritakan keluh kesahnya. Apalagi kalau bukan tentang anaknya.

Ia memiliki 2 orang anak yang sudah remaja dan satu sama lain saling mengiri. Yang satu mengatakan ,”Ayah selalu sayang adik! Tidak pernah memenangkan aku!” dan yang satu lagi mengatakan, “Ayah selalu saja memerhatikan kakak! Aku tidak pernah diperhatikan dan harus selalu menurut sama kakak!”

Sang ayah kebingungan karena selama ini, menurutnya, ia dan istri telah memperlakukan kedua anak mereka dengan adil. Bahkan mereka sering keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga.

Selain itu kedua orang kakak beradik tersebut sering bertengkar dan saling berusaha menonjolkan diri. “Saya harus bertindak bagaimana?” keluh sang ayah dengan wajah kebingungan.

Masalah seperti ini sering dialami oleh banyak orangtua. Jika tidak ditangani dengan segera maka masalah ini bisa melebar ke berbagai hal. Bisa mempengaruhi motivasi dan semangat hidup seorang anak. Dan selanjutnya hal ini bisa mempengaruhi masalah akademik.
Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mengatasinya? Marilah kita tinjau apa yang diperlukan seorang anak. Setiap anak, maupun orang dewasa, memerlukan pengakuan. Ketika seorang anak berkembang remaja maka kebutuhannya untuk diakui sebagai individu yang spesial makin membesar. Usia remaja adalah usia dimana seorang anak mencari identitas diri.
Fase pencarian identitas ini akan berlangsung mulus jika fase sebelumnya berjalan dengan baik. Apa yang diperlukan id fase sebelumnya adalah pengakuan dan penerimaan dari figur yang dipandang memiliki otoritas. Dalam hal ini figur tersebut adalah kedua orangtua.
Bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan tersebut? Sederhana luangkan waktu secara pribadi untuk masing-masing anak. Ajaklah seorang anak keluar atau melakukan suatu aktivitas secara pribadi. Setelah itu selang beberapa hari kemudian ajaklah anak yang lain untuk melakukan suatu aktivitas secara pribadi juga. Jadi secara bergantian pada waktu yang berbeda ajaklah anak Anda satu persatu melakukan sesuatu atau pergi ke tempat kesukaannya.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan secara pribadi dengan masing-masing anak. Makan es krim favorit bersama sang anak, makan di restoran favorit sang anak, jalan-jalan ke taman kota dan bermain sejenak di sana, menonton film kesukaan sang anak berduaan, main game komputer berduaan, putar-putar kota melihat berbagai tempat, membacakan dongeng favorit sang anak, bermain layang-layang berduaan saja dan lain-lain.

Yang paling penting diperhatikan saat melakukan aktivitas pribadi dengan seorang anak adalah kualitas perhatian yang kita berikan pada sang anak. Jika kita hanya mengajak dia melakukan sesuatu maka yang terjadi hanyalah kedekatan fisik saja. Oleh karena itu libatkan dia dan tanyai perasaannya serta ingat selalu untuk menjaga kontak mata dan sentuhan fisik dengannya.

Saat kita melakukan hal ini maka seorang anak akan merasa senang dan diperhatikan. Ia menjadi seorang yang spesial karena tak ada kakak atau adiknya. Ia hanya berduaan dengan sang ayah atau suatu saat dengan sang ibu saja.
Inilah yang akan membuatnya berani untuk menentukan jati dirinya kelak ketika ia remaja. Ia akan berani menentukan identitas karena secara emosional ia mendapatkan apa yang butuhkan.

Bagaimana jika anak kita telah remaja dan kita baru menyadarinya sekarang? Tidak ada kata terlambat untuk melakukannya. Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dengan anak Anda. Pilihlah kegiatan yang mereka suka dan lakukan bersama mereka. Hal ini akan mengembalikan kepercayaan diri mereka.

Jadi kita sekarang telah sama-sama menyadari bahwa kebersamaan keluarga itu penting namun kita tidak boleh mengabaikan kepentingan personal setiap anak untuk membangun identitasnya secara pribadi. Oleh karena itu sebagai orangtua kita tetap perlu meluangkan waktu secara pribadi dengan setiap anak.

Tidak ada komentar: